Thursday, March 16, 2006

Memimpikan Terciptanya Temasek Versi Indonesia

Sepanjang tahun 2003 ini, publik Indonesia dikejutkan dengan kehadiran Temasek Holding Pte Ltd untuk memperluas basis usahanya di Indonesia melalui “aneksasi” sejumlah perusahaan Indonesia yang didivestasi.

Pertama kali, Temasek melalui anak perusahaannya Singapore Technologies Telemedia (STT), yang dimiliki secara mayoritas pula, berhasil memenangkan divestasi 41,94 persen saham Indosat.

Kedua, Temasek bersama Deutsche Bank (konsorsium Asia Finance) berhasil pula memenangkan divestasi 51 persen saham Danamon. Terakhir, publik Indonesia pun dikejutkan dengan keikutsertaan Temasek dan Kookmmin Bank Korea dalam konsorsium Sorak Financial Holding untuk membeli lagi-lagi perusahaan Indonesia yakni Bank Internasional Indonesia.

Langkah Temasek di Indonesia, tentu saja mendorong kita untuk lebih jauh mencermati perusahaan investasi holding asal Singapura ini. Bukan karena kita merasa terancam akan kehadiran super company Singapura ini, tetapi karena filosofi dan strategi bisnis yang ada pada Temasek ini perlu kita contoh dan kita kaji guna diterapkan di Indonesia.

Pendirian Temasek Holding dilatarbelakangi oleh proses industrialisasi yang dilakukan pemerintah Singapura pada awal tahun 1960-an melalui pembentukkan sejumlah perusahaan di sektor manufaktur, finansial, perdagangan, transportasi, perkapalan dan jasa melalui kerjasama dengan investor asing guna menciptakan transfer teknologi. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Development Bank of Singapore yang didirikan untuk menyediakan pembiayaan pembangunan, Singapore Airlines, Neptune Orient Lines (perusahaan pelayaran) dan Sembawang Shipyard yang didirikan tahun 1967 dan 1968.

Untuk mengelola sekaligus mengarahkan fokus seluruh perusahaan-perusahaan ini, pada tahun 1974, Kementerian Keuangan Singapura membentuk Temasek Holding Pte Limited. Hingga sekarang, seluruh saham Temasek Holding dimiliki oleh Kementerian Keuangan Singapura dan fokus strategi bisnis sejumlah perusahaan yang bergerak di berbagai sektor seperti pelabuhan, perkapalan dan logistik, bank dan jasa finansial, pesawat terbang, telekomunikasi dan media, listrik dan kereta api tersebut diarahkan oleh Temasek.

Tak heran, jika perusahaan-perusahaan di bawah naungan Temasek seperti Singapore Airlines, Singapore Telecoms, Singapore Technologies, Neptune Orients Lines-APL (American Pacific Lines), PSA Corporation, DBS Bank dan Singapore Power mampu berkontribusi 25 persen dari kapitalisasi pasar bursa saham Singapura.

Peran yang dimainkan Temasek sebagai perusahaan holding tentu saja sama seperti investor institusional lainnya yakni berusaha meningkatkan nilai tambah bagi para pemegang saham. Temasek hanya akan mempengaruhi arah strategis perusahaan-perusahaan di bawah naungannya (Temasek-Linked Companies/TLCs) melalui haknya sebagai pemegang saham agar tercipta good corporate governance dan tidak turut campur dalam operasional sehari-hari.

Selain itu, Temasek bertujuan memastikan TLCs dikelola secara baik dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham dan membebaskan TLCs untuk melakukan inovasi, mengkaji teknologi dan pasar baru, menerapkan prinsip-prinsip komersial yang baik dan mendapatkan return komersial pada lingkungan global yang kompetitif.

Untuk mencapai tujuannya, Temasek menekankan aspek nilai-nilai, fokus, sumber daya manusia dan pertumbuhan berkelanjutan dan strategi pengembangan. Pada aspek values, Temasek menekankan budaya integritas, meritokrasi, kinerja dan inovasi yang kuat. Pada aspek fokus, Temasek menekankan pula agar seluruh TLCs memfokuskan pada core competence (keahlian inti), meningkatkan value, memuaskan pelanggan dan pemegang saham guna mendapatkan keuntungan jangka panjang secara maksimal bagi pemegang saham.

Demikian pula halnya dengan SDM dan penerapan pertumbuhan berkelanjutan diupayakan Temasek melalui penerapan standar kepemimpinan yang tinggi, disiplin finansial dan operasional yang baik.

Untuk menciptakan perusahaan berskala regional dan internasional, Temasek turut pula membantu langkah pengembangan strategis TLCs melalui konsolidasi, merger, akuisisi, rasionalisasi dan kolaborasi. Sebaliknya, Temasek akan melakukan divestasi bagi TLCs yang tidak membawa untung atau tidak berpotensi tumbuh secara internasional. Sementara, dari waktu ke waktu, Temasek terus melakukan investasi di perusahaan-perusahaan baru, demi menciptakan cluster industri di Singapura untuk memperluas basis ekonomi pemerintah Singapura.

“Kepentingan utama pemerintah hanya memastikan orang yang tepat menjalankan tugasnya dan setelah itu biarkan manajemen menentukan tujuannya sendiri,” jelas Dhanabalan.

Langkah pemerintah Singapura membentuk super company seperti Temasek Holding merupakan hasil pemikiran strategis untuk menutupi kekurangan sumber daya alam dan lahan yang terbatas. Tidak seperti negara lainnya yang memiliki pendapatan tiap tahun dari pengelolaan SDA dan lahan, pemerintah Singapura harus membangun sumber-sumber penerimaan negara puluhan tahun untuk kemudian diinvestasikan kembali di luar negeri melalui Temasek guna mengantisipasi jika suatu saat terjadi krisis.

Hingga Juli 2002, Temasek tercatat memiliki 22 perusahaan ternama (first-tier companies) di mana 7 di antaranya telah mencatatkan diri pada Singapore Stock Exchange seperti DBS Bank, Keppel Corporation, Neptune Orient Lines, SembCorp Industries, Singapore Airlines, SMRT Corporation dan Singapore Telecoms. Sedangkan, perusahaan private yang dimiliki Temasek antara lain PSA Corporation, Singapore Technologies dan Singapore Power yang memang merupakan industri strategis bagi pemerintah Singapura. Total perusahaan di bawah Temasek berjumlah 36 perusahaan dengan total aset mencapai US$ 345 miliar dan memberikan kontribusi 13 persen bagi Produk Domestik Bruto Singapura.

Perusahaan-perusahaan Temasek pun telah memberikan seper sepuluh dari produksi ekonomi Singapura dan sekitar 25 persen kapitalisasi pasar bursa Singapura. Porsi ini diharapkan berkurang 15-20 persen seiring makin banyaknya perusahaan-perusahaan Singapura yang mencatatkan diri di bursa setempat. Penguasaan strategis Temasek pada perusahaan terbuka tersebut hingga kini telah mencapai US$ 47 miliar.

Kesuksesan Temasek sebetulnya ditopang oleh gaya manajemen yang diterapkan dengan mengedepankan asas desentralisasi, akuntabilitas, profesionalitas, good corporate governance dan rasionalitas bisnis demi meraih profitabilitas. Meskipun tidak ada fungsi supervisi, perusahaan-perusahaan di bawah Temasek diwajibkan mempresentasikan kegiatan mereka setiap tahun sekali sementara para official Temasek pun melakukan kunjungan ke setiap perusahaan secara tetap guna menghindarkan Temasek sebagai tukang stempel semata.

Sementara itu, negara Singapura sendiri sudah kita kenal sebagai negara dengan tingkat korupsi terendah. Kondisi ini, jelas makin mendukung pembentukkan Temasek Holding tidak menjadi sapi perahan para politisi atau sarang korupsi para birokrat.

No comments:

Post a Comment

Please give your opinion about my articles..thank you very much..
For contact and talk with me please send me an email to
pendie77@gmail.com