Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Jadi Selektif

Hentikan Laju Kesenjangan

Jumat, 30 September 2005

http://www.syariahmandiri.co.id/berita/details.php?cid=1&id=158

Seperti industri perbankan pada umumnya, keberadaan bisnis bank syariah sangat tergantung pada indikator makro ekonomi. Semakin baik tingkat suku bunga, inflasi dan gejolak nilai tukar, bisnis perbankan relatif akan membaik. Bagaimana dengan Bank Syariah Mandiri?

UNTUK mengetahui lebih jauh dampak kenaikan suku bunga terhadap bisnis perbankan syariah, wartawan Investor Daily, Efendi mewawancarai Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Yuslam Fauzi, di Bandung, awal pekan ini. Berikut petikannya:

Bagaimana respon perbankan syariah terhadap gejolak kenaikan suku bunga saat ini?

Karena situasi berubah, ekonomi berubah moneter berubah, harga-harga berubah, maka yang paling tepat dilakukan bank melakukan evaluasi terhadap sektor-sektor yang kira-kira akan terkena dampak langsung perubahan tersebut. Seberapa banyak portofolio kita yang akan terpengaruh itu. Kemudian ketika akan memberikan ekspansi pembiayaan baru, itu juga harus sangat selektif terhadap sektor-sektor industri, nasabah dan debitor-debitor yang sensitif yang teruntungkan dan yang terugikan. Karena situasi ini tidak semuanya kan terugikan.

Ada juga sektor-sektor tertentuyang malah menikmati situasi seperti ini, menguntungkan bagi dia. Itu sudah kami lakukan, dan bahkan sejak bulan Juni sudah mengantisipasi pergerakan sukubunga, harga minyak dan nilai tukar terhadap dolar.

Kita lakukan evaluasi dan hasilnya ada beberapa policy yang kami terbitkan dalam rangka membuat gerakan BSM ke depan lebih stabil, aman terhadap lingkungan yang terjadi.

Bentuknya seperti apa?
Misalnya, kita melakukan peningkatan terhadap nisbah yang kita minta dari pembiayaan baru. Kita tahu bisnis ini teruntungkan dan bagus, maka ketika kita kasih pembiayaan yang baru pada dia kita kenakan harga yang lebih tinggi wajar dong, karena dia teruntungkan oleh situasi yang terjadi. Biasanya kita kasih charge 14% dengan situasi berubah nasabah bisa kita kenakan 18%.

Kami menjadi jauh lebih selektif terhadap perkembangan yang terjadi. Melakukan adjustment-adjustment terhadap harga dan pricing, dengan begitu kami kemudian memperoleh pendapatan yang lebih besar untuk kemudian bisa kami berikan kepada deposan kami dengan rate lebih besar.

Jadi, ketika tingkat suku bunga pasar naik, bunga deposito bank konvensional dan sebagainya naik, maka kita juga harus sedikit banyak melakukan adjustment terhadap return (imbal hasil, red) yang kita berikan kepada deposan.

Return deposito BSM apa sama dengan deposito konvensional 10% saat ini?
Kita beusaha sekuat mungkin untuk tidak terlalu jauh dari itu. Posisi akhir Agustus tidak pegang datanya. Sekitar 10%, artinya kita kompetitif.

Sejauh ini sudah terasakah lonjakan pembiayaan bermasalah?
Lonjakan NPF (Non performing financing) nggak ada, pergerakan naik sedikit sekali ada, nol koma nol sekian. Lonjakan drastis nggak ada, karena ciri bank syariah, pembiayaan relatif pendek-pendek. Konvensional ada yang panjang-panjang, ada evergreen terus jatuh tempo diperpanjang terus. Kalau bank syariah, proyek selesai 1-2 tahun selesai, sehingga pembiayaan uang kembali cepat. Kita lempar lagi pembiayaan dengan mudah kita memilih proyek-proyek yang cocok dengan kondisi sekarang.

Kalau lock up panjang, kita nggak bisa exit cepat. Dengan ini exitnya cepat. Tiap hari yang nyicil lunas banyak. Uang kembali relatif cepat, run off namanya dan kita lempar lagi kepada debitor yang lebih selektif dan cocok kondisi sekarang. Itu salah satu keuntungan pembiayaan kita yang tidak panjang.

Laba bersih BSM lantas menurun?
Saya kira dengan kondisi saat ini, perbankan pada umumnya, target-target laba pada waktu awal dibuat asumsi normal kemungkinan target laba itu tidak akan tercapai. Baru kemungkinan. BSM kalau dilihat Agustus terhadap Agustus, memang sedikit di bawah target, tapi biasanya 2-3 bulan di akhir tahun ada kenaikan. Kalau kenaikan bisa terjadi, laba diakhir tahun bisa terjadi, maka target akhir tahun bisa tercapai. Tapi karena situasi ekonomi agak berat, 3 bulan terakhir tidak bisamelakukan swing up dalam perolehan laba mungkin ada under target tapi tidak terlalu besar dan signifikan.

Laba kita sudah Rp 119 miliar di bulan Agustus dari target akhir tahun Rp 162 miliar. Kalau perjalanannya merambat seperti sekarang mungkin akan sedikit di bawah Rp 162 miliar. Tapi, kalau 3 bulan terakhir ada swing up yang bisa dilakukan ya bisa lewat.

Apakah ekspansi pembiayaan BSM mulai melambat?
Pembiayaan tumbuh, kemarin memang agak slow down sebulan setengah paling lama 2 bulan, karena kita melakukan konsolidasi tapi bulan Agustus sudah ekspansi lagi. Bulan September ini dugaan saya bakal ekspansi. Lebih selektif, karena kondisinya berubah begini, kita harus betul-betul jeli melihat mana sektor yang layak dan bagus untuk kita biayai. Bulan Agustus lalu, total pembiayaan kita sudah mencapai Rp 6,2 triliun.(Investor Daily Indonesia)


0 comments: